Nama : Monita
Sasi Prastiwi
Nim : 166101
Kelas : BINA 2016 B
RESUME
MORFOFONEMIK
Morfofonemik
adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai
akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun
komposisi.
1. Jenis Perubahan
Dalam bahasa indonesia dibagi menjadi
beberapa proses morfologi, antara lain:
a)
Pemunculan
fonem, yaitu munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya
tidak ada. Misalnya: pengimbuhan
prefiks me- “ me + baca = membaca”.
b)
Pelepasan
fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya : pengimbuhan prefiks ber- “ ber + renang = berenang” .
c)
Peluluhan
fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam
suatu proses morfologi. Peluluhan fonem hanya terjadi pada proses pengimbuhan
prefiks pe dan me-, pada bentuk dasar yang diawalindengan konsonan /s/ lainnya
tidak ada. Misalnya : pengimbuhan
prefiks me- “me + sikat = menyikat”, dan pada pengimbuhan prefiks pe “ pe +
sikat = penyikat”.
d)
Perubahan
fonem, yakni berubahnya sebuah fonem/ sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. Misalnya : fonem
/r/ menjadi /l/ “ ber + ajar = belajar” Bahasa Jawa “ opo + ne = apane”
e)
Pergeseran
fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku
kaata yang lainnya. Misalnya :
pengimbuhan sufuks –an “ ja.wab + an = ja.wa.ban”. (Chaer, Abdul.2008: 43-45)
2. Morfofonemik dalam Pembentukan Kata
Bahasa Indonesia
Terjadi dalam proses afiksasi yang hanya
terjadi dalam prefiksasi ber-, me-, per-, pe-, konfiks pe-an, per-an, dan
sufiks –an.
1)
Prefiks ber-, dalam
proses pengimbuhan prefiks ber- berupa:
a.
Pelepasan fonem /r/ pada prefiks
ber-, apabila bentuk dasrnya yang diimbuhi dengan fonem /r/ atau suku pertama
bentuk dasarnya berbunyi [er].
Misalnya :
ber + ragam = beragam, dan ber + renang = berenang.
b.
Perubahan fonem /r/ pada prefiks
ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar; tidak ada contoh
lain. Misalnya : ber + ajar = belajar.
c.
Pengekalan fonem /r/ pada prefiks
ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di
atas. Misalnya : ber + obat = berobat
2)
Prefiks me-, dalam
proses pengimbuhan prefiks me- berupa:
a.
Pengekalam fonem,yaitu fonem yang
berubah, tidak ada yang dilepaskanndan tidak ada yang ditambahkan. Jika bentuk
dasarnya diawali konsonan /r,l,w,y,m,n,ng,dan ny/.
Misalnya :
me + rawat = merawat.
b.
Penambahan fonem, yaitu penambahan
fonem nasal /m,n,ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila
bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
Misalnya :
me + buru = memburu.
c.
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi
apabila bentuk dasarnya dimulai konsonan /d/. Misalnya: me + dengar =
mendengar.
d.
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi
apabila bentuk dasarnya dimulai konsonan /g,h,kh,a,l,u,e, dan o/. Misalnya : me
+ goda = menggoda.
e.
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi
apabila bentuk dasarnya terdiri dari satu kata.
Misalnya :
me + bom = mengebom
f.
Peluluhan fonem terjadi apabila
prefiks me- diimbuhi pada bentuk dar yang dimulai dengan konsonan bersuara
/s,k,p, dan t/ yang diluluhkan dengan nasal / ny,ng,m, dan n/.
Misalnya: me
+ susut = menyusut, me + kirim =
mengirim.
3. Prefiks pe- dan konfiks pe-an
Sama dengan morfofonemik dalam proses
pengimbuhan dengan me-, antara lain:
a) Pengekalan
fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya
diawali dengan konsonan /r,l,y,m,n,ng dan ny/. Misalnya: pe + latih menjadi pelatih
dan pelatihan, pe + rawat menjadi perawat dan perawatan.
b) Penambahan
fonem, yakni penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/ antara prefiks dan bentuk
dasar. Penambahan fonem nasal /m/
terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/, Misalnya: pe + baca
= pembaca. Jika fonem nasal /n/ diawali oleh konsonan /d/,Misalnya: pe + dengar
= pendengar. Jika fonem nasal /ng/ diawali oleh konsonan /g,h,kh,a,l,u,e, dan
o/ , misalnya: pe + hambat menjadi pehambat dan penghambat. penambahan fonem /nge/ terjadi jika bentuk dasar berupa
bentuk dasar satu suku. Misalnya: pe + cat =
pengecat.
c) Peluluhan
fonem, apabila prefiks pe-/pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali
dengan konsonan bersuara /s,k,p, dan t/. Misalnya: pe + saring menjadi penyaring
dan penyaringan.
4. Prefiks per- dan konfiks per-an.
a)
Pelepasan fonem/r/, terjadi apabila
bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/. Contoh: per + ringan = peringan.
b)
Perubahan fonem /r/ menjadi /l/
terjadi apabila bentuk dasarnya berupa ajar. Contoh: per + ajar = pelajar.
c)
Pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
Contohnya: per + kaya = perkaya.
5. Sufiksasi –an
a)
Pemunculan fonem, ada tiga macam
yaitu: pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada
bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/. Contoh: pandu + an = panduwan.
pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk
dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Contoh: hari + an = hariyan. pemunculan
glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berakhir dengan vokal /a/. contoh: (ber) dua + an = (ber) dua?an.
b)
Pergeseran fonem terjadi apabila
sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasr yang berakhir dengan sebuah konsonan.
Contoh: lompat + an = lom.pa.tan.
6. Prefiks ter-
a)
Pelepasan fonem dapat terjadi
apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan
konsonan /r/. Contoh: ter + rasa = terasa.
b)
Perubahan fonem /r/ pada prefiks
ter- menjadi/l/ terjadi jika prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar ajur.
Contoh : ter + ajur = teranjur.
c)
Pengekalan fonem /r/ pada prefiks
ter- tetap menjadi /r/ jika prefiks ter- tidak diimbuhkan pada bentuk dasar
yang disebutkan pada a dan b. Contoh: ter + dengar = terdengar. (Chaer, Abdul.2008:4-55)
Ø Bentuk bernasal dan tak bernasal.
1) Kaitan dengan tipe verba
Dalam bahasa indonesia ada empat macam
bentuk verba yang berkaitan dengan proses nasalisasi,yaitu:
a.
Verba berprefiks me- (termasuk verba
me-kan, dan me-i)
·
Nasal tidak akan muncul bila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem /l,r,w,y,m,n,ny, atau ng/. Contoh: meloncat,
peloncat, peloncatan
·
Akan muncul nasal /m/ bila bentuk
dasarnya mulai denga fonem /b,p, dan f/. Contoh: membina, pembina, pembinaan
·
Akan muncul nasal /n/ bila bentuk
dasar mulainya dengan fonem /d, atau t/. Contoh: mendengar, pendengar,
pendengaran.
·
Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem /s,c, dan j/. Contoh: menyambut, penyambut,
penyambutan.
·
Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk
dasarnya diawali dengan fonem /k,g,h,kh,a,l,u,e/. Contoh: mengirim, pengirim,
pengiriman.
·
Akan muncul nasal /nge/ apabila
bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Contoh: mengetik, pengetik, pengetikan.
b.
Verba berprefiks me- dengan pangkal
per-. Per-kan, dan per-I
·
Fonem /p/ sebagai fonem awal dasar
yang berupa pangkal per-, per-kan atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/
bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagai dari prefiks pe-
yang menjadi dasar pembentukan. Contoh: me + perpendek = memperpendek.
·
Nomina pelaku yang diturunkan fari
verba memper- bersifat potensial dan nomina hal/ proses bersifat aktual,
menggunakan bentuk per-an. Contoh : memperpendek = perpendekan.
·
Nomina pelaku yang diturunkan dari
verba memper-kan atau memper-I adalah berbentuk pemer-, ada yang aktual ada
pula yang masih potensial. Contoh: mempersatukan = pemersatu.
·
Nomina hal/proses yang diturunkan
dari verba memper-kan atau memper-I berbentuk pemer-an. Contoh:
mempelajari = pemelajaran. (c) berprefiks ber- dan (d) verba
dasar (tanpa afiks apa pun).
2) Kaitan dengan upaya pembentukan
istilah
Dalam peristilahan olah raga suadah ada
istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi,
yang berbeda dengan bentuk peninju ( yang ditirunkan dari verba meninju) yang
bukan menyatakan profesi.
3) Kaitan dengan upaya semantik
Untuk
memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal.
Umpamnya, bentuk “mengkaji” dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk
“mengaji” yang berarti ‘membaca alquran’; “pengrajin” dalam arti ‘usaha
kegiatan di rumah’, dibedakan dengan “perajian” dalam arti ‘orang yang rajin’.
Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem
awal bentuk dasarnya dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan orang
secara bersaing, seperti mensukseskan, menyukseskan. (Chaer, Abdul.2008: 55- 62)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar