Selasa, 09 Januari 2018

RESUME MORFOFONEMIK



Nama : Monita Sasi Prastiwi
Nim    : 166101
Kelas  : BINA 2016 B
RESUME
MORFOFONEMIK
Morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
1.      Jenis Perubahan
       Dalam bahasa indonesia dibagi menjadi beberapa proses morfologi, antara lain:
a)      Pemunculan fonem, yaitu munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya: pengimbuhan prefiks me- “ me + baca = membaca”.
b)      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya : pengimbuhan prefiks ber- “ ber + renang = berenang” .
c)      Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Peluluhan fonem hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe dan me-, pada bentuk dasar yang diawalindengan konsonan /s/ lainnya tidak ada. Misalnya : pengimbuhan prefiks me- “me + sikat = menyikat”, dan pada pengimbuhan prefiks pe “ pe + sikat = penyikat”.
d)      Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem/ sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Misalnya : fonem /r/ menjadi /l/ “ ber + ajar = belajar” Bahasa Jawa “ opo + ne = apane”
e)      Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kaata yang lainnya. Misalnya : pengimbuhan sufuks –an “ ja.wab + an = ja.wa.ban”. (Chaer, Abdul.2008: 43-45)
2.      Morfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
       Terjadi dalam proses afiksasi yang hanya terjadi dalam prefiksasi ber-, me-, per-, pe-, konfiks pe-an, per-an, dan sufiks –an.
1)      Prefiks ber-, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa:
a.       Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber-, apabila bentuk dasrnya yang diimbuhi dengan fonem /r/ atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
Misalnya : ber + ragam = beragam, dan ber + renang = berenang.
b.      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar; tidak ada contoh lain. Misalnya : ber + ajar = belajar.
c.       Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tetap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b di atas. Misalnya : ber + obat = berobat
2)      Prefiks me-, dalam proses pengimbuhan prefiks me- berupa:
a.       Pengekalam fonem,yaitu fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskanndan tidak ada yang ditambahkan. Jika bentuk dasarnya diawali konsonan /r,l,w,y,m,n,ng,dan ny/.
Misalnya : me + rawat = merawat.
b.      Penambahan fonem, yaitu penambahan fonem nasal /m,n,ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/.
Misalnya : me + buru  =  memburu.
c.       Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai konsonan /d/. Misalnya: me + dengar = mendengar.
d.      Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai konsonan /g,h,kh,a,l,u,e, dan o/. Misalnya : me + goda = menggoda.
e.       Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya terdiri dari satu kata.
Misalnya : me + bom = mengebom
f.        Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhi pada bentuk dar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s,k,p, dan t/ yang diluluhkan dengan nasal / ny,ng,m, dan n/.
Misalnya: me + susut = menyusut, me + kirim =  mengirim.
3.      Prefiks pe- dan konfiks pe-an
     Sama dengan morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan me-, antara lain:
a)      Pengekalan fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r,l,y,m,n,ng dan ny/. Misalnya: pe + latih menjadi pelatih dan pelatihan, pe + rawat menjadi perawat dan perawatan.
b)      Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m,n,ng,dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar.  Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/, Misalnya: pe + baca = pembaca. Jika fonem nasal /n/ diawali oleh konsonan /d/,Misalnya: pe + dengar = pendengar. Jika fonem nasal /ng/ diawali oleh konsonan /g,h,kh,a,l,u,e, dan o/ , misalnya: pe + hambat menjadi pehambat dan penghambat. penambahan fonem /nge/ terjadi jika bentuk dasar berupa bentuk dasar satu suku. Misalnya: pe + cat =  pengecat.
c)      Peluluhan fonem, apabila prefiks pe-/pe-an diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s,k,p, dan t/. Misalnya: pe + saring menjadi penyaring dan penyaringan.

4.      Prefiks per- dan konfiks per-an.
a)      Pelepasan fonem/r/, terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/. Contoh: per + ringan =  peringan.
b)      Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa ajar. Contoh: per + ajar =  pelajar.
c)      Pengekalan fonem /r/ tetap /r/. Contohnya: per + kaya =  perkaya.
5.      Sufiksasi –an
a)      Pemunculan fonem, ada tiga macam yaitu: pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /u/. Contoh: pandu + an = panduwan. pemunculan fonem /y/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /i/. Contoh: hari + an = hariyan. pemunculan glotal /?/ dapat terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal /a/. contoh: (ber) dua + an = (ber) dua?an.
b)      Pergeseran fonem terjadi apabila sufiks –an diimbuhkan pada bentuk dasr yang berakhir dengan sebuah konsonan. Contoh: lompat + an = lom.pa.tan.
6.      Prefiks ter-
a)      Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/. Contoh: ter + rasa = terasa.
b)      Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi/l/ terjadi jika prefiks ter- diimbuhkan pada bentuk dasar ajur. Contoh : ter + ajur = teranjur.
c)      Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ jika prefiks ter- tidak diimbuhkan pada bentuk dasar yang disebutkan pada a dan b. Contoh: ter + dengar = terdengar. (Chaer, Abdul.2008:4-55)











Ø  Bentuk bernasal dan tak bernasal.
1)      Kaitan dengan tipe verba
     Dalam bahasa indonesia ada empat macam bentuk verba yang berkaitan dengan proses nasalisasi,yaitu:
a.       Verba berprefiks me- (termasuk verba me-kan, dan me-i)
·         Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /l,r,w,y,m,n,ny, atau ng/. Contoh: meloncat, peloncat, peloncatan
·         Akan muncul nasal /m/ bila bentuk dasarnya mulai denga fonem /b,p, dan f/.  Contoh: membina, pembina, pembinaan
·         Akan muncul nasal /n/ bila bentuk dasar mulainya dengan fonem /d, atau t/. Contoh: mendengar, pendengar, pendengaran.
·         Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem /s,c, dan j/. Contoh: menyambut, penyambut, penyambutan.
·         Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk dasarnya diawali dengan fonem /k,g,h,kh,a,l,u,e/. Contoh: mengirim, pengirim, pengiriman.
·         Akan muncul nasal /nge/ apabila bentuk dasarnya berupa kata ekasuku. Contoh: mengetik, pengetik, pengetikan.
b.      Verba berprefiks me- dengan pangkal per-. Per-kan, dan per-I
·         Fonem /p/ sebagai fonem awal dasar yang berupa pangkal per-, per-kan atau per-l tidak diluluhkan dengan nasal /m/ bila diimbuhi prefiks me-, karena fonem /p/ itu adalah sebagai dari prefiks pe- yang menjadi dasar pembentukan. Contoh: me + perpendek =  memperpendek.
·         Nomina pelaku yang diturunkan fari verba memper- bersifat potensial dan nomina hal/ proses bersifat aktual, menggunakan bentuk per-an. Contoh : memperpendek = perpendekan.
·         Nomina pelaku yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-I adalah berbentuk pemer-, ada yang aktual ada pula yang masih potensial. Contoh: mempersatukan = pemersatu.
·         Nomina hal/proses yang diturunkan dari verba memper-kan atau memper-I berbentuk pemer-an. Contoh: mempelajari  =  pemelajaran. (c) berprefiks ber- dan (d) verba dasar (tanpa afiks apa pun).
2)      Kaitan dengan upaya pembentukan istilah
     Dalam peristilahan olah raga suadah ada istilah petinju (yang diturunkan dari verba bertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda dengan bentuk peninju ( yang ditirunkan dari verba meninju) yang bukan menyatakan profesi.
3)      Kaitan dengan upaya semantik
     Untuk memberi makna tertentu bentuk yang seharusnya tidak bernasal diberi nasal. Umpamnya, bentuk “mengkaji” dalam arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk “mengaji” yang berarti ‘membaca alquran’; “pengrajin” dalam arti ‘usaha kegiatan di rumah’, dibedakan dengan “perajian” dalam arti ‘orang yang rajin’. Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata dengan peluluhan fonem awal bentuk dasarnya dan dengan yang tanpa peluluhan lazim digunakan orang secara bersaing, seperti mensukseskan, menyukseskan. (Chaer, Abdul.2008: 55- 62)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar