Nama : Monita Sasi Prastiwi
Nim : 166101
Kelas : BINA 2016 B
RESUME
Reduplikasi
Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang
terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Misalnya salah satu bahasa di
Kepulauan Marshall (daerah pasifik) terdapat pada kata takin atau ‘kaus
kaki’ yang direduplikasikan menjadi takinkin yang memiliki arti ‘memakai
kaus kaki’ ; kata kagir atau ‘ikat pinggang’ yang direduplikasikan
menjadi kagirgir yang memiliki arti ‘memakai ikat pinggang’; dan kata wah
atau ‘perahu’ yang direduplikasikan menjadi wahwah yang memiliki arti
‘naik perahu’.
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
Dalam Bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan
kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Lalu, meskipun
reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi
tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah
sintaksis dan masalah semantik.
A.
Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi ini berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap
bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak
jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal,
melainkan menghasilkan makna leksikal (Abdul Chaer : 2008 : 179).
Yang termasuk dari reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti :
1.
Kuku, dada,pipi,
cincin, dan sisi.
2. Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani.
3. Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama.
4. Mondar-mandir, lontang-lantung,lunggang-langgang, kocar-kacir, dan
teka-teki.
B. Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis
adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar,
tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah
kata ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
· Kridalaksana menyebutnya
menghasilkan sebuah ‘ulangan kata, bukan ‘kata ulang’
Contoh :
suaminya benar benar jantan
Jangan jangan kau dekati pemuda iu
Jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar
sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan.
Contoh :
jangan kau dekati pemuda itu,
jangan
Panas memang panas
rasa hatiku
Benar suaminya benar
jantan
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’.
Dalam hal ini termsuk juga reduplikasi yan dilakukan terhadap jumlah kata ganti
oran (pronomina persona).
Contoh :
yang tidak datang ternyata dia dia juga
mereka mereka memang sengaja
tidak diundang
Kita kita ini memang
termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang
menyatakan waktu.
Contoh :
besok besok kamu boleh datang
kesini
Dalam minggu minggu ini kabarnya beliau akan
datang
Hari hari menjelang pilkada
beliau tampak sibuk
C. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah
pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim ( Abdul Chaer :
2008 : 180 ).
Contoh :
Ilmu pengetahuan → kata
‘ilmu’ dan kata ‘pengetahuan’ memiliki makna yang sama
Alim ulama → kata
‘alim’ dan kata ‘ulama’ memiliki makna yang sama
Cerdik cendekia → kata
‘cerdik’ dan kata ‘cendekia’ memiliki makna yang sama
D. Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis
dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan
berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan
berubah bunyi, dan pengulangan sebagian (Abdul Chaer : 2008 : 181 ).
1.
Pengulangan akar,
memiliki tiga macam proses pengulangan, antara lain :
a)
Pengulangan utuh,
artinya bentuk dasar itu diulamg tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari
akar itu.
Contoh :
meja → meja-meja
Kuning → kuning-kuning
Sungguh →
sungguh-sungguh
b)
Pengulangan sebagian,
artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja
(dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Contoh :
leluhur → luhur
Tetangga → tangga
Jejari → jari
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagai ini dapat juga diulang
secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
Contoh :
leluhur → luhur-luhur
Tetangga → tangga-tangga
Jejari → jari-jari
c)
Pengulangan dengan
perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan
perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi
konsonannya.
Ø Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama.
Contoh : bolak-balik ;
larak-lirik ; kelap-kelip ; corat-coret
Ø Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur kedua.
Contoh : ramah-tamah ;
lauk-pauk ; sayur-mayur
d)
Pengulangan dengan
infiks, artinya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya.
Contoh : turun-temurun
; tali-temali ; sinar-seminar;gunung-gemunung
2.
Pengulangan dasar
berafiks
Didalam pengulangan berafiks perlu diperhatikan adanya tiga macam proses
afiksasi dan reduplikasi, antara lain :
a) Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu baru kemudian diulang atau
direduplikasi.
Contoh : Lihat ↔ me +
lihat → melihat-lihat
b) Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu baru kemudian diberi afiks.
Contoh : Jalan →
jalan-jalan ↔ ber + jalan-jalan → berjalan-jalan
c) Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan.
Contoh : Minggu ↔ ber +
minggu → berminggu-minggu
E. Reduplikasi Dasar Nomina
Secara morfologis,
nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-,
bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an,
bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata dasar ( Abdul Chaer : 2008 : 191
).
Dasar nomina bila
direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan
:
a)
Banyak
Dasar nomina, baik yang
berupa akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentukberkonfiks
pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an,
dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘banyak’ kalau memiliki komponen makna (terhitung).
Contoh :
·
Pemda akan menggusur rumah-rumah
tanpa IMB itu
·
Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi
·
Di sana terdapat pengumuman-pengumuman
dari berbagai instansi pemerintah
Dari contoh diatas perlu dicatat bahwa bentuk dasar nomina yang berafiks
atau berupa gabungan kata bila ingin ditampilkan bermakna ‘banyak’ sebaiknya
tidak menggunakan bentuk reduplikasi, sebagai gantinya lebih baik menggunakan
adverbia seperti semua, banyak, para, sejumlah, dan sebagian yang
diletakkan didepan nomina itu
Misal : semua
peraturan, banyak rumah sakit
b)
Banyak dan
bermacam-macam
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen
makna (berjenis), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan
pemberian sufiks –an.
Contoh :
·
Di pasar menjual buah-buahan
·
Ibu membeli obat-obatan
ke apotek
·
Burung ini termasuk
binatang pemakan biji-bijian
c)
Banyak dengan ukuran
tertentu
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan satuan ukuran tertentu’ apabila
memiliki komponen makna (ukuran) dan (takaran), dalam hal ini perulangan itu
dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-.
Contoh :
·
Kami sudah berhari-hari
belum makan
·
Berliter-liter bensin terbuang percuma akibat kemacetan itu
·
Polisi menyita berbotol-botol
minuman keras dalam razia kemarin
d)
Menyerupai atau seperti
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘seperti’ apabila memiliki komponen makna (bentuk
tertentu) atau (sifat tertentu), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai
dengan pemberian sufiks –an.
Contoh :
·
Adik menangis minta
dibelikan mobil-mobilan
·
Anak lelaki suka
bermain perang-perangan
·
Di tengah sawah ada orang-orangan
penakut burung
e)
Saat atau waktu
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’ apabila memiliki komponen makna
(saat), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan perulangan utuh.
Contoh :
·
Malam-malam begini kamu mengapa datang kesini ?
·
Subuh-subuh kami sudah dibangunkan untuk bekerja
F. Reduplikasi Dasar Verba
Secara morfologis, verba dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks ber-,
bentuk berkonfiks ber-an-, bentuk berprefiks me- inflektif dan derivatif,
bentuk berprefiks di- derivatif, bentuk berprefiks ter- inflektif dan
derivatif, bentuk berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif,
berklofiks ter-kan inflektif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i
inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif,
berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an ( Abdul Chaer : 2008 : 194 ).
Dasar verba bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna
gramatikal yang menyatakan :
1.
Kejadian berulang kali
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘kejadian (tindakan) berulang kali’, apabila dasar itu memiliki komponen makna
(+tindakan) dan (-durasi)
Contoh :
·
Dari tadi beliau marah-marah
terus
·
Jangan menembak-nembak
sembarangan
·
Mereka berlompat-lompatan
ke segala arah
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa dasarnya dapat berupa akar (marah),
berupa kata berprefiks me- (menembak) dan berupa kata berkonfiks ber-an
(berlompatan)
2.
Kejadian berintensitas
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘kejadian berintensitas’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan)
dan (+durasi).
Contoh :
·
Kami berjalan-jalan
mengelilingi kebun raya Bogor
·
Anak itu bermain-main
di halaman sekolah
·
Orang tua itu bertanya-tanya,
dimana kedua anaknya itu kini berada
3.
Kejadian berbalasan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘berbalasan’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
Contoh :
·
Terjadi tembak-menembak
antara gerilyawan Palestina dan tentara Israel
·
Kita tidak boleh salah-menyalahkan
dulu
·
Sikut-menyikut sesama mereka sudah biasa
4.
Dilakukan tanpa tujuan
(dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal
‘dilakukat tanpa tujuan (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna
(+tindakan) dan (+durasi)
Contoh :
·
Sehabis ujian kami makan-makan
di restauran itu
·
Mari kita duduk-duduk
di taman depan
·
Jangan tidur-tiduran
didalam masjid
5.
Hal tindakan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘hal
me...’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh :
·
Menerima pekerjaan ketik-mengetik
·
Dalam soal tari-menari
dia ahlinya
·
Bagi saya pekerjaan tulis-menulis
bukan masalah
6.
Begitu (dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘begitu
(dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat)
Contoh :
·
Saya tidak sadar, tahu-tahu
dia sudah berada di depanku
·
Kami tidak tau apa
sebabnya, datang-datang dia marah kepada kami
·
Rupanya dia lapar sekali,
pulang-pulang minta makan
G. Reduplikasi Dasar Ajektiva
Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar
seperti merah dan tinggi ; dapat berupa turunan ke-an seperti
kemerahan dan kehijauan ; dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan
kuning telur. Namun yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk akar.
Namun perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung
pada konteks kalimatnya. Jadi, ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama
akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda (Abdul
Chaer : 2008 : 196).
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal
yang menyatakan :
1.
Banyak yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘banyak yang dasar’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan
(ukuran)
Contoh :
·
Ikannya masih kecil-kecil,
jangan ditangkap dulu
·
Murid-murid di sekolah
itu memang nakal-nakal
·
Pohon-pohon di rumah
itu besar-besar
2.
Se (dasar) mungkin
Dasar ajektifa bila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh :
·
Buka jendela itu lebar-lebar
·
Buang jauh-jauh
pikiran seperti itu
·
Jangan duduk dekat-dekat
dengan dia
3.
Hanya yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘hanya yang (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan
(+ukuran)
Contoh :
·
Ambil yang baik-baik,
tinggalkan yang buruk
·
Kumpulkan buah itu yang
besar-besar saja
·
Petiklah daun tembakau
itu yang lebar-lebar, lalu jemur disini
4.
Sedikit bersifat
(dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘sedikit bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan)
dan (+warna)
Contoh :
·
Dari jauh air laut
tampak kebiru-biruan
·
Siapa gadis yang
berbaju putih kekuning-kuningan itu ?
·
Batu cincinnya berwarna
putih kemerah-merahan
5.
Meskipun (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘meskipun (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan
(+sikap)
Contoh :
·
Jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya tidak ada
·
Gelap-gelap datang juga dia kerumahku
·
Bodoh-bodoh begitu, bisa juga dia menipu orang lain
6.
Semua (dasar) dengan
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘semua (dasar) dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan
(+ukuran)
Contoh :
·
Stuk sebesar-besar
gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami
·
Sepandai-pandai tupai melompat adakalanya jatuh juga
·
Daunnya selebar-lebar
telinga gajah
7.
Intensitas
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal
‘intensitas’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)
Contoh :
·
Kamu jangan membesar-besarkan
masalah yang sepele ini
·
Janganlah kamu melemah-lemahkan
semangat dia
·
Tidak baik memburuk-burukkan
nama orang yang sudah meninggal
H. Reduplikasi Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas
tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina,
numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Namun makna-makna dari proses
tersebut sukar dikaidahkan, oleh karena itu jumlahnya terbatas (Abdul Chaer :
2008 : 199).
Kata – kata yang
termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.
Reduplikasi dasar
adverbia negasi
Kosakata adverbia
negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam
proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada
tidak terlibat dalam proses itu ( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Contoh :
·
Di sini kamu jangan
bicara yang bukan – bukan.
·
Anak itu selalu menangis
meminta yang tidak – tidak.
Dari contoh diatas
tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak
mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan satu sama lain.
b.
Reduplikasi dasar
adverbia larangan
Kosakata adverbia
larangan adalah jangan dan tidak boleh. ( Abdul Chaer : 2008 :
200).
Contoh :
·
Hari ini dia tidak
masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia
sakit.
·
Mari kita segera
pulang, jangan-jangan ayah sudah dirumah.
Dari kedua contoh
diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan dan tidak lagi
berkenaan dengan ‘larangan’, melainkan telah berubah menjadi konjungsi
intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan
menyatakan rasa khawatir.
c.
Reduplikasi dasar
adverbia kala
Kosakata adverbia kala
adalah kata – kata sudah dan telah untuk menyatakan kata
lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala
kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan
datang ( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh :
Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang
kasihan kepadanya.
Bentuk sudah-sudah pada kalimat diatas memiliki
makna ‘segala peristiwa atau kejadian yang pernah dialami’.
d.
Reduplikasi dasar
adverbia keharusan
Kosakata adverbia
keharusan adalah barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan
; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan
; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan
; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia
keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan
boleh ( Abdul Chaer : 2008 : 201 ).
Seperti pada kalimat : Jangan bekerja semau –
maunya saja.
Bentuk semau-maunya pada kalimat diatas
memiliki makna ‘semau kemauan sendiri’.
e.
Reduplikasi dasar
adverbia jumlah
Kosakata adverbia
jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup.
Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 202 ).
Seperti pada kalimat berikut :
·
Beri dia minum sedikit
– sedikit.
·
Kami dapat membantu sebanyak
– banyaknya.
Bentuk sedikit-sedikit pada kalimat diatas
memiliki makna ‘sedikit demi sedikit’.
Bentuk sebanyak-banyaknya pada kalimat diatas
memiliki makna ‘sebanyak mungkin’.
f.
Reduplikasi dasar
adverbia taraf
Kosakata adverbia taraf
adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang,
dan paling. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak
dan paling (Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti dalam kalimat berikut :
·
Harus dihitung yang
benar, jangan mengagak – agak saja.
·
Harganya paling –
paling seribu rupiah.
Bentuk mengagak-agak pada kalimat diatas
memiliki makna ‘mengira-ngira’.
Bentuk paling-paling pada kalimat diatas
memiliki makna ‘yang paling mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah)’.
g.
Reduplikasi dasar
adverbia frekuensi
Kosakata adverbia
frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi.
Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti dalam kalimat :
·
Sekali-sekali dia datang juga ke sini.
·
Sering-seringlah kau singgah di situ.
Bentuk sekali-sekali pada kalimat diatas
memiliki makna ‘datang tetapi tidak sering’.
Bentuk sering-seringlah pada kalimat diatas
memiliki makna ‘acapkali’.
h.
Reduplikasi dasar
numeralia
Kosakata numeralia yang
terlibat dalam reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat juga bilangan
seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya (Abdul Chaer :
2008 : 206 ).
Contoh :
·
Anak – anak itu
dibariskan dua – dua.
·
Mereka diberi uang seratus
– seratus.
Bentuk dua-dua pada kalimat diatas memiliki
makna ‘dua (orang) dua orang’.
Bentuk seratus-seratus pada kalimat diatas
memiliki makna ‘setiap orang diberi seratus rupiah’.
i.
Reduplikasi dasar
konjungsi koordinatif
Kosakata konjungsi
koordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang
menghubungkan menyatakan ‘sebab’ ; kalau, jikalau, andai,
andaikata, dan seandainya yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’
; meskipun, biarpun walaupun, kendatipun, yang menghubungkan menyatakan
‘penguatan’ ; hingga, sehingga, dan sampai yang
menghubungkan menyatakan ‘batas’ ; dan kecuali yang
menghubungkan menyatakan ‘perkecualian’. Namun, yang terlibat
dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai (
Abdul Chaer : 2008 : 207 ).
http://puputshoimatur.blogspot.co.id/2016/12/reduplikasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar