Selasa, 09 Januari 2018

RESUME IDENTIFIKASI MORFEM



IDENTIFIKASI MORFEM
Nama : Monita Sasi Prastiwi
Nim     : 166101
Kelas   : BINA 2016 B
MORFEM
                           Morfem berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
·         Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
·         Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
Ø  dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.
 Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkn dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh:
·         Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
·         Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata makan.
              Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.
MORF DAN ALOMORF
1.      Morf
              Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141). Jadi, sederhananya morf itu adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya.
2.      Alomorf
              Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya, atau bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya,  morfem: me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
              Dalam merumuskan alomorf ini, kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa yang melekat pada kata dasarnya. Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Contoh-contoh alomorf dibawah ini:
·         ber-:    ber-                                be-                            bel-
                     berjalan                          bekerja                      belajar
                     berlari                            berenang                   -

·         me-:     me-                                men-                         mem-
                     melacak                         mendaki                   membeli
                     melarikan                       mencari                     mempercayai
                     
                     meng-                            meny-
                     mengoreksi                    menyapu
                     menggoreng                  menyanyi

·         pe-:     pe-                                 pen-                          pem-
                     pelari                             pendatang                pembeli
                     penyanyi                        pencari                      pembanjak

                     peng-                             pel-
                     pengemudi                    pelajar
                     pengendara                    pelacur dan sebagainya.

KLASIFIKASI MORFEM
1.      Apabila ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi:
a.      Morfem Bebas
              Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil, meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen- sil, ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak mempunyai arti. Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah tidak dapat dipecah lagi. Bentuk yang demikian itilah yang disebut morfem bebas.
b.    Morfem Terikat
              Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
2. Morfem terikat apabila ditinjau dari segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
·         Prefiks (awalan)         :  me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
·         Infiks (sisipan)            :  -em, -el, er-
·         Sufiks (akhiran)          :  -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati, -wan, -nda
·         Konfiks (gabungan)   :  ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan,me+per+kan,
                di+per+kan,me+per+i, di+per+i, ber+kan, ber+an.
3.Morfem terikat apabila ditinjau dari asal usulnya, maka dapat dibedakan menjadi:
·         Morfem terikat asli bahasa Indonesia ; lihat contoh-contoh di atas.
·         Morfem terikat dari bahasa asing, misalnya ;
1. Bahasa Jawa           : tuna, tata, daya, wawan, pramu, sarwa.
2.Bahasa Sansekerta  : pra, swa, maha, pri, wan, man, wati
3.Bahasa Barat             : is, istis, isme, isasi, if, or, om, us, re, de,di, en, ab, in, eks, mon.
            4.Bahasa Arab              : i, wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.
4.Apabila ditinjau dari segi keutuhaannya dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem Utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh.Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dan sebagainya.
b.Morfem Terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk morfem terbagi.
5. Apabila ditinjau dari segi maknanya dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
b.       Morfem Tak Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.


Kata
1. Hakikat Kata
            Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural, terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata sebagai satuan lingual; dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem. Tidak dibicarakannya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem, dan kalimat.
 2. Klasifikasi Kata
            Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata.
            Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan; verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak; sedangkan ajektifa adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata sangat.
    3. Pembentukan Kata
            Untuk dapat digunakan dalam suatu kalimat, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal melalui proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
1)      Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antar Unsurnya
            Morfem-morfem segmental dalam bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Contoh dalam kalimat kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin maju. Kalimat itu terdiri atas 8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem (selalu,manusia, yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem (kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas tiga morfem (didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa fonem-fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju, sukses, damba, se-, di-, dan –kan merupakan deretan fonem yang tak terpisahkan antara satu dengan lainnya.
·         Morfem utuh adalah morfem yang deretannya tidak terpisahkan
·         Morfem terbelah adalah morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}

2)      Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, morfem bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahsa Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada di wilayah Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·         Morfem afiks yang berasal dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu : prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
·         tergolong prefiks adalah {meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan {-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}
·         tergolong konfiks adalah {pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
·         Morfem afiks seperti {ke-} dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam peragawan, {bi-} dalam bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks serapan yang dipakai dalam bahasa Indonesia.
·         Apabila morfem afiks yang berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti gramatikal saja, maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
·         Dilihat dari distribusinya, apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk dasar dari bahasa Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing yang masuk kedalam bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian. Bentuk {-is} dalam pancasilais dan{-isasi} dalam turinisasi menunjukkan bahwa afiks asing itu telah menjadi keluarga bahasa Indonesia sebab afiks itu telah mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia asli.
3)      Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya
            Dilihat dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga yang berunsur lebih dari satu fonem.
·         Morfem yang berunsur satu fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i} dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
·         Morfem yang berunsur lebih dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-}, {ke-} (dua fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu}, {daki}(empat fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam fonem), {cokelat}, (tujuh fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem), {penasaran}, {sederhana} (Sembilan fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
·         Secara konkret, morfem yang monofonemis itu hanyalah morfem afiks, sedangkan morfem-morfem yang berjenis lain belum ada yang monofonemis.
4)      Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung Dengan Morfem Lain
Dalam pemakaiannya, morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, misalnya paku, bajak, jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda. Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi, untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan pekerjaan dengan alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum pernah terdengar menggunakan konstruksi “menjarum dan menongkat”.Konsep itu hanya dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit dengan jarum dan memukul dengan tongkat. Oleh sebab itu, bentuk paku dan bajak dikatakansebagai bentuk        terbuka,                                                                 sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan sebagai bentuk tertutup.
5)      Jenis Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya
  Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok yang tidak bermakna.
·         Morfem kelompok bermakna : sesuai dengan namanya –selalu bermakna, maknanya bisa dicari dalam kamus=kamus umum. Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena morfemnya langsung bermakna dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem leksikal.
·         Morfem kelompok tidak bermakna : memang tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-}, {di-}, {peN-}, {se-}, {-i}, {-an}, {-el}, dll.
MORFEM DASAR,BENTUK DASAR, PANGKAL AKAR,LEKSEM
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
            Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata menangisi pangkalnya adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch
Leksem Adalah semua bentuk kata yang diasosiasikan dan berada dalam pemakaian secara umum.
Ciri leksem munurut Kridalaksana:
1. satuan terkecil dalam leksikon
2. satuan yang berperan sebagai input dalam proses morfologis
3. bahan baku dalam proses morfologis
4. unsur yang diketahui dari bentuk yang adanya setelah disegmentasikan dari bentuk kompleks merupakan bentuk dasar yang lepas dari morfem afiks
5. bentuk yang tidak tergolong proleksem atau partikel

Sedangkan menurut Lyons, leksem adalah unit-unit abstrak yang terjadi dalam bentuk-bentuk infeksional yang berbeda-beda, menurut kaidah-kaidah sintaksis.
   menurut Matthews, leksem adalah satuan leksikal abstrak terkecil –baik simple, ubahan (derived), maupun kompleks—dari bentuk-bentuk kata dalam paradigma (infleksional).

Dapus
http://tiarapradita20.blogspot.co.id/2013/12/jenis-morfem.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar