IDENTIFIKASI MORFEM
Nama : Monita
Sasi Prastiwi
Nim : 166101
Kelas : BINA 2016 B
MORFEM
Morfem berasal dari kata
“morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti membedakan arti. Jadi
sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
·
Morfem
adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994: 146).
·
Morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang
tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya (ter-),
(di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993: 141).
Ø dapatlah disimpulkan bahwa morfem tidak lain adalah satuan bahasa
atau gramatik terkecil yang bermakna, yang dapat berupa imbuhan atau pun kata.
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna
dapat kita lakukan dengan menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai
arti leksikal. Jika penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur
yang digabungkn dengan kata dasar itu adalah morfem.
Contoh:
· Kata baik dengan kata membaik, jadi
dengan kata menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan
kata membaik, karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik
terdiri dari dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa
baik. Disini akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
· Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika
digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan, dimakan, memakan,
termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang berbeda dengan makna kata
makan.
Untuk menentukan bahwa sebuah
satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk
tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara
berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam
studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung
kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.
MORF DAN ALOMORF
1. Morf
Morf adalah anggota morfem yang
belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada kata kenai adalah morf; morf
adalah ujud kongkret atau ujud fonemis dari morfem, misalnya men- adalah ujud
konkret dari meN- yang bersifat abstrak (Kridalaksana, 1993: 141). Jadi,
sederhananya morf itu adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui
statusnya.
2. Alomorf
Alomorf adalah variasi bentuk
morfem terikat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya, atau
bisa juga dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya.
Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari
sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau
enam buah. Contohnya, morfem: me-, mem-
men-, meny-, meng-, dan menge-.
Dalam merumuskan alomorf ini,
kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa yang melekat pada kata dasarnya.
Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka harus disesuaikan dengan
kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Contoh-contoh alomorf
dibawah ini:
· ber-: ber- be- bel-
berjalan
bekerja
belajar
berlari
berenang -
· me-: me- men- mem-
melacak
mendaki membeli
melarikan
mencari
mempercayai
meng-
meny-
mengoreksi
menyapu
menggoreng
menyanyi
· pe-: pe- pen- pem-
pelari
pendatang pembeli
penyanyi
pencari
pembanjak
peng- pel-
pengemudi
pelajar
pengendara
pelacur dan sebagainya.
KLASIFIKASI MORFEM
1. Apabila ditinjau dari segi bentuknya
dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang
dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem
lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil,
meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena
merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen- sil,
ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak mempunyai arti. Dengan
demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah tidak dapat dipecah lagi. Bentuk
yang demikian itilah yang disebut morfem bebas.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru
jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku,
-lah, -kah, dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong
sebagai morfem terikat.
2. Morfem terikat apabila ditinjau dari
segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
·
Prefiks
(awalan) : me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
·
Infiks
(sisipan) : -em, -el, er-
·
Sufiks
(akhiran) : -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati, -wan, -nda
·
Konfiks
(gabungan) : ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan,me+per+kan,
di+per+kan,me+per+i, di+per+i, ber+kan, ber+an.
3.Morfem terikat apabila ditinjau dari asal usulnya, maka dapat
dibedakan menjadi:
·
Morfem
terikat asli bahasa Indonesia ; lihat contoh-contoh di atas.
·
Morfem
terikat dari bahasa asing, misalnya ;
1. Bahasa
Jawa : tuna, tata, daya, wawan,
pramu, sarwa.
2.Bahasa
Sansekerta : pra, swa, maha, pri, wan,
man, wati
3.Bahasa
Barat : is, istis, isme, isasi,
if, or, om, us, re, de,di, en, ab, in, eks, mon.
4.Bahasa Arab : i,
wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.
4.Apabila ditinjau dari segi keutuhaannya dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem Utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang
utuh.Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dan sebagainya.
b.Morfem Terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang
terpisah atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh
dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia
termasuk morfem terbagi.
5. Apabila ditinjau dari segi maknanya dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang secara inher
telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dengan morfem
lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya
adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah dapat
digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
b. Morfem Tak Bermakna
Leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya
sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis.
Misalnya, morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.
Kata
1. Hakikat Kata
Menurut para tata
bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian;
atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai
satu arti. Para tata bahasawan struktural, terutama penganut aliran Bloomfield,
tidak lagi membicarakan kata sebagai satuan lingual; dan menggantinya dengan
satuan yang disebut morfem. Tidak dibicarakannya hakikat kata secara khusus
oleh kelompok Bloomfield karena dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki
bahasa sebagai: fonem, morfem, dan kalimat.
2. Klasifikasi Kata
Para tata
bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam
mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan
kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan
lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata.
Para tata
bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu
dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata
yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan; verba adalah kata yang dapat
berdistribusi di belakang kata tidak; sedangkan ajektifa adalah kata yang dapat
berdistribusi di belakang kata sangat.
3. Pembentukan Kata
Untuk dapat
digunakan dalam suatu kalimat, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa
fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata
gramatikal melalui proses afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
JENIS MORFEM BAHASA INDONESIA
1) Jenis Morfem Berdasarkan Relasi
Antar Unsurnya
Morfem-morfem segmental dalam
bahasa Indonesia, ada yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dalam pemakaiannya, tetapi ada pula yang sebaliknya. Contoh dalam
kalimat kesuksesan selalu didambakan setiap manusia yang ingin
maju. Kalimat itu terdiri atas 8 kata. Ada yang terdiri atas satu morfem
(selalu,manusia, yang,ingin, maju), yang terdiri atas dua morfem
(kesuksesan, setiap), dan yang terdiri atas tiga morfem
(didambakan). Dalam pemakaiannya, unsur-unsur (dalam hal ini berupa
fonem-fonem) yang membentuk morfem selalu, manusia, yang, inigin, maju,
sukses, damba, se-, di-, dan –kan merupakan deretan fonem yang tak
terpisahkan antara satu dengan lainnya.
·
Morfem utuh adalah
morfem yang deretannya tidak terpisahkan
·
Morfem terbelah adalah
morfem yang terpisah dalam pemakaiannya, seperti {ke-an}
2) Jenis Morfem Berdasarkan
Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, morfem
bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas morfem yang berasal dari bahsa
Indonesia asli, morfem yang berasal dari bahasa daerah yang berada di wilayah
Indonesia, dan morfem yang berasal dari bahasa asing.
·
Morfem afiks yang berasal
dari bahasa Indonesia asli dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu
: prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
·
tergolong prefiks adalah
{meN-},{ber-},{peN-},dsb. Yang tergolong infiks adalah {-el-}, {-em-}, dan
{-er-}. Yang tergolong sufiks adalah {-an},{-kan},dan {-i}
·
tergolong konfiks adalah
{pe-an}, {ke-an}, {per-an}.
·
Morfem afiks seperti {ke-}
dalam ketawa, {pra-} dalam prasangka, {-wan} dalam peragawan, {bi-} dalam
bilingual, {non-} dalam nonpolitik adalah morfem afiks serapan yang dipakai
dalam bahasa Indonesia.
·
Apabila morfem afiks yang
berasal dari dari bahasa Indonesia asli hanya mempunyai arti gramatikal saja,
maka afiks asing yang masuk kedalam bahasa Indonesia pun harus demikian.
·
Dilihat dari distribusinya,
apabila afiks {peN-an} misalnya, mampu melekat pada bentuk dasar dari bahasa
Indonesia asli dan bentuk dasar serapan, maka afiks asing yang masuk kedalam
bahsa Indonesia pun relatif harus mempunyai kemampuan demikian. Bentuk {-is}
dalam pancasilais dan{-isasi} dalam turinisasi menunjukkan
bahwa afiks asing itu telah menjadi keluarga bahasa Indonesia sebab afiks itu
telah mampu melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia asli.
3) Jenis Morfem Berdasarkan
Jumlah Fonem Yang Menjadi Unsurnya
Dilihat
dari jumlahnya, morfem-morfem itu ada yang berunsur satu fonem, tetapi ada juga
yang berunsur lebih dari satu fonem.
·
Morfem yang berunsur satu
fonem disebut monofonemis. Misalnya morfem {-i}
dalam memtiki dan {a-} dalam amoral.
·
Morfem yang berunsur lebih
dai satu fonem disebut polifonemis. Misalnya {an-}, {di-}, {ke-} (dua
fonem), {ber-}, {meN-}, {dua}. {itu}, {api} (tiga fonem), {satu}, {daki}(empat
fonem), {serta}, {makin} (lima fonem), {bentuk}, {sambil}(enam fonem),
{cokelat}, (tujuh fonem), {semboyan}, {kerontang} (delapan fonem), {penasaran},
{sederhana} (Sembilan fonem), {malapetaka} (sepuluh fonem).
·
Secara konkret, morfem yang
monofonemis itu hanyalah morfem afiks, sedangkan morfem-morfem yang berjenis
lain belum ada yang monofonemis.
4) Jenis Morfem Berdasarkan
Keterbukaannya Bergabung Dengan Morfem Lain
Dalam pemakaiannya,
morfem-morfem bahasa indonesia ada yang mempunyai kemungkinan bergabung dengan
morfem lain, tetapi ada juga yang tidak.
Kata-kata benda yang dapat
dipakai sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, misalnya paku, bajak,
jarum dan tongkat, mempunyai sifat keterbukaan yang berbeda.
Kata paku dan bajak dapat dibentuk menjadi konstruksi yang
lebih besar dengan membubuhkan afiks {meN-} dan {di-} sehingga
menjadi memaku, dipaku, membajak dan dipajak. Akan tetapi,
untuk membentuk konsep ‘melakukan pekerjan dengan alat jarum’ dan ‘melakukan
pekerjaan dengan alat tongkat’, penutur bahasa indonesia belum pernah terdengar
menggunakan konstruksi “menjarum dan menongkat”.Konsep itu hanya
dapat menggunakan bentuk urai, misalnya menjahit dengan
jarum dan memukul dengan tongkat. Oleh sebab itu,
bentuk paku dan bajak dikatakansebagai bentuk terbuka,
sedangkan bentuk jarum dan tongkat dikatakan
sebagai bentuk tertutup.
5) Jenis Morfem Berdasarkan
Bermakna Tidaknya
Atas dasar bermakna tidaknya morfem, ia bisa
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang bermakna dan kelompok
yang tidak bermakna.
·
Morfem kelompok bermakna :
sesuai dengan namanya –selalu bermakna, maknanya bisa dicari dalam kamus=kamus
umum. Contohnya: lapar, lapor, kuda, merah, dll. Karena morfemnya langsung bermakna
dan maknanya bisa diperiksa dalam kamus, bisa juga disebut morfem
leksikal.
·
Morfem kelompok tidak
bermakna : memang tidak punya makna (sendri). Contohnya {ter-}, {di-}, {peN-},
{se-}, {-i}, {-an}, {-el}, dll.
MORFEM
DASAR,BENTUK DASAR, PANGKAL AKAR,LEKSEM
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk
dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi
afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses
reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses
morfologi.
Istilah pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses
infleksi, atau proses pembubuhan afiks infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris
kata books pangkalnya adalah book. Dalam bahasa
Indonesia, kata menangisi pangkalnya adalah tangisi. Akar atau (root)
digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi.
Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya adalah touch
Leksem Adalah semua bentuk kata yang diasosiasikan dan
berada dalam pemakaian secara umum.
Ciri leksem
munurut Kridalaksana:
1.
satuan terkecil dalam leksikon
2.
satuan yang berperan sebagai input dalam proses morfologis
3.
bahan baku dalam proses morfologis
4.
unsur yang diketahui dari bentuk yang adanya setelah disegmentasikan dari
bentuk kompleks merupakan bentuk dasar yang lepas dari morfem afiks
5.
bentuk yang tidak tergolong proleksem atau partikel
Sedangkan
menurut Lyons, leksem adalah unit-unit abstrak yang terjadi dalam bentuk-bentuk
infeksional yang berbeda-beda, menurut kaidah-kaidah sintaksis.
menurut Matthews, leksem adalah satuan leksikal abstrak terkecil –baik simple,
ubahan (derived), maupun kompleks—dari bentuk-bentuk kata dalam
paradigma (infleksional).
Dapus
http://tiarapradita20.blogspot.co.id/2013/12/jenis-morfem.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar