Selasa, 09 Januari 2018

RESUME AFIKSASI PEMBENTUKAN ADJEKTIVA



Nama : Monita Sasi Prastiwi
Nim    : 166101
Kelas  : BINA 2016 B
RESUME
AFIKSASI PEMBENTUKAN ADJEKTIVA
Dalam buku Kridalaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks yang bentuk dasarnya berkategori ajektiva dan berkategori nomina tetapi juga memiliki komponen makna (+ sifat ) dan (+ keadaan ) di golongkan juga sebagai kelas berkelas ajektiva. Memang kadang-kadang di akui kata bentukan tersebut bertumpang tindih dengan kategori lain.
A.        Dasar Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
Sudah disebutkan di atas adanya buku atau literatur yang menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan kelas lain, seperti kelas nomina dan verba, macam-macam kata berafiks yang bertumpangtindih yaitu :
1.      Dasar Adjektiva Berprefiks pe- 
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu, pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba berafiks me-kan.
2.      Dasar Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya. Dasar adjektiva dengan prefiks se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak dan sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar. Tidak berterima.Prefiks se- pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau sederajat dalam satu sistem penderajatan.
3.      Dasar Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan prefiks ter- paa semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling (dasar)’. Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter-tidaklah termasuk berkategori adjektiva, melainkan berkategori verba, bentuk seperti agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
4.      Dasar Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramtikal ‘agak (dasar)’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna).
5.      Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat batin). Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba dapat diikuti oleh sebuah objek.
6.      Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba verba dapat diikuti oleh sebuah objek.
7.      Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna (+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak. Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
B.      Pembentukan Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi objektive.
1.      Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik) seperti :
Ø  if, misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif, kolektif, primituf, dan konsumtif.
Ø  ik, misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
Ø  is, misalnya: teknis, akademis, kronologis, kritis, birikratis, nasionalis, dan egois.
Ø  istis, misalnya: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
Ø  al, misalnya: konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual, dan seremonial.
Ø  il, misalnya: prinsipil, idiil, dan komersil.
2.      Kata serapan dari bahasa Arab
Kata serapan dari bahasa Arab yang berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik) antara lain :
Ø  i, misalnya: rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
Ø  iah, misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
Ø  wi, misalnya: duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, hadirin, dan muhajirin.
Ø  at, misalnya: hadirat, mukminat, dan muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi, kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.

DAFTAR PUSTKA
http://yhasintaindahsari.blogspot.co.id/2017/01/afiksasi-pembentukan-verba.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar