Nama : Monita
Sasi Prastiwi
Nim : 166101
Kelas : BINA 2016 B
RESUME
AFIKSASI PEMBENTUKAN ADJEKTIVA
Dalam buku
Kridalaksana (1989) dan buku Alwi (1998) ada sejumlah kata berafiks yang bentuk
dasarnya berkategori ajektiva dan berkategori nomina tetapi juga memiliki
komponen makna (+ sifat ) dan (+ keadaan ) di golongkan juga sebagai kelas
berkelas ajektiva. Memang kadang-kadang di akui kata bentukan tersebut
bertumpang tindih dengan kategori lain.
A. Dasar Ajektiva Berafiks Asli Indonesia
Sudah disebutkan di atas adanya buku atau literatur
yang menyatakan adanya ketumpangtindihan kata-kata berkelas ajektiva dengan
kelas lain, seperti kelas nomina dan verba, macam-macam kata berafiks yang
bertumpangtindih yaitu :
1. Dasar
Adjektiva Berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar adjektiva. Yaitu,
pertama yang diimbuhkan secara langsung dan kedua diimbuhkan melalui verba
berafiks me-kan.
2. Dasar
Adjektiva Berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal
‘sama (dasar)’ dengan nomina yang mengikutinya. Dasar adjektiva dengan prefiks
se- bukanlah berkategori adjektiva sebab tidak dapat diawali adverbia agak dan
sangat.Bentuk agak sepintar dan sangat sepintar. Tidak berterima.Prefiks se-
pada dasar adjektiva bertugas membentuk tingkat perbandingan ‘sama’ atau
sederajat dalam satu sistem
penderajatan.
3. Dasar
Adjektiva Berprefiks ter-
Pengimbuhan
prefiks ter- paa semua dasar adjektiva memberi makna gramatikal ‘paling
(dasar)’. Kata-kata yang bentuk dasarnya ajektiva dengan prefiks ter-tidaklah
termasuk berkategori adjektiva, melainkan berkategori verba, bentuk seperti
agak termahal dan sangat termahal tidak berterima.
4. Dasar
Adjektiva Berkonfiks ke-an
Pengimbuhan
konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramtikal ‘agak (dasar)’
bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna).
5. Dasar Ajektiva Berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan
memiliki makna gramatikal “menyebabkan jadi (dasar)” apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ sifat batin). Dasar ajektiva dengan klofiks me-kan
sesungguhnya berkategori ganda, yakni ajektiva dan verba. Sebagai kategori
ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba
dapat diikuti oleh sebuah objek.
6. Dasar Ajektiva Berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i
memiliki makna gramatikal “merasa (dasar) pada” apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ rasa batin). Dasar ajektiva dengan klofiks me-i ini
sesungguhnya berkategori ganda, yaitu ajektiva dan verba. Sebagai kategori
ajektiva dia dapat didahului oleh adverbia agak dan sangat; dan sebagai verba
verba dapat diikuti oleh sebuah objek.
7. Dasar Lain Berkomponen Makna (+ keadaan)
Kosakata berkategori ajektiva dalam bahasa Indonesia
sudah merupakan “barang jadi”. Namun, yang disebut “barang jadi” ini ada yang
seratus persen berkategori ajektiva itu memiliki pula komponen makna (+
bendaan) atau (+ tindakan). Misalnya, merah dan kuning memiliki juga komponen makna
(+ bendaan), sehingga keduanya bisa disahului negasi bukan dan tidak.
Bentu-bentuk bukan merah dan tidak merah sama-sama berterima. Ajektiva marah
dan benci juga memiliki komponen makna (+ tindakan).
Sebaliknya nomina untung dan rugi juga memiliki komponen
makna (+ keadaan), sehingga keduanya sama-sama dapat diberi negasi bukan dan
tidak. Jadi, bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak
rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut
berkategori ajektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba
juga bisa termasuk ketegori ajektiva.
B.
Pembentukan
Ajektiva dengan “Afiks” Serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istila (PPI), penyerapan kata
dari bahasa asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan
afiksnya. Jadi, disamping kita menyerap kata standarditition menjadi
standardisasi (-ditition disesuaikan menjadi -disasi). Begitupun di samping
kita menyerap kata object menjadi objek, kita menyerap kata objektive menjadi
objektive.
1. Kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Kata serapan dari bahasa Inggris dan
Belanda yang berkategori ajektif dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda
petik) seperti :
Ø if,
misalnya: aktif, pasif, objektif, edukatif, konsultatif, administratif,
kolektif, primituf, dan konsumtif.
Ø ik,
misalnya: patriotik, akademik, mekanik, pluralistik, kritik, dan heroik.
Ø is,
misalnya: teknis, akademis, kronologis, kritis, birikratis, nasionalis, dan
egois.
Ø istis,
misalnya: egoistis, persimistis, materialistis, optimistis, dan pluralistis.
Ø al,
misalnya: konseptual, gramatikal, prosedural, komunal, material, individual,
dan seremonial.
Ø il,
misalnya: prinsipil, idiil, dan komersil.
2. Kata serapan dari bahasa Arab
Kata serapan dari bahasa Arab yang
berkategori ajektiva dapat kita kenali dari “akhiran” (dalam tanda petik)
antara lain :
Ø i, misalnya:
rohani, jasmani, islami, abadi, qurani, dan madani.
Ø iah,
misalnya: islamiah, alamiah, jasmaniah, rohaniah, abadiah, dan quraniah.
Ø wi,
misalnya: duniawi, ukhrawi, nabawi, surgawi, hadirin, dan muhajirin.
Ø at,
misalnya: hadirat, mukminat, dan muslimat.
Tampaknya “akhiran” unsur serapan, baik
Inggris/Belanda maupun Arab tidak produktif untuk pembentukan kata dalam bahasa
Indonesia, buak hanya untuk pembentukan verba, tetapi juga untuk pembentukan
kategori yang lain. Sejauh ini kata-kata (dari dasar asli Indonesia) yang telah
dibentuk dengan akhiran serapan itu hanyalah pancasilais, surgawi, manusiawi,
kimiawi, sukuisme, daerahisme, tendanisasi, dan lelenisasi.
DAFTAR
PUSTKA
http://yhasintaindahsari.blogspot.co.id/2017/01/afiksasi-pembentukan-verba.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar