Selasa, 09 Januari 2018

PROBLEMA MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA



Nama : MONITA SASI PRASTIWI
 Nim   : 166101
RESUME
PROBLEMA MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA
 Ada tujuh problema dalam morfologis yaitu :
  1. Problema akibat bentukan baru
  2. Problema kontaminasi
  3. Problema akibat adanya unsur serapan
  4. Problema akibat nalogi
  5. Problema akibat perlakuan kluster
  6. Problema akibat proses morfologis bentuk serapan
  7. Problema akibat perlakuan bentuk majemuk

1. Problema akibat bentuk baru
}  Pada akhir-akhir ini banyak sekali bentukan baru hasil kreasi pemakai bahasa Indonesia. Misalnya bentuk memberhentikan, memberlakukan, keberhasilan dan lain-lain
}  Bentuk memberhentikan dan memberlakukan tergolong bentuk baru sebab bentuk yang berkontruksi demikian ( yaitu prefiks + prefiks+ bentuk dasar + sufiks ) sebelumnya tidak ditemukan.
}  Kontruksi ini memang terdiri dari empat morfem, tetapi pembentukannya tidak secara serentak.
}  Kontruksi ini dibentuk secara bertahap.
1)      Kontruksi ini dibentuk dari gabungan {ber-} dan henti.
2)      Kontruksi berhenti dibentuk dengan menambahkan {men-} dan {kan-} (sebagai simulfik),
3)       sehingga berkontruksi memberhentikan
2. Problema akibat kontaminasi
}  Kontaminasi adalah gejala bahasa yang mengacaukan kontruksi kebahasaan. Dua kontruksi yang mestinya harus berdiri sendiri secara terpisah, dipadukan menjadi satu kontruksi. Akibatnya kontruksi ini menjadi kacau atau rancu artinya. Kontaminasi misalnya diperlebarkan, mengenyampingkan.
}  Kontruksi diperlebakan merupakan hasil pencampur adukan kontruksi diperlebar dan dilebarkan yang masing-masing berarti dibuat lebih besar lagi, dan dibuat jadi lebar. Oleh sebab itu kontruksi diperlebarkan dianggap kontruksi yang rancu.
 Cara pemecahan problema ini sebagai berikut :
Pemakai bahasa Indonesia harus mengetahui kontruksi yang semestinya untuk arti tertentu. Disamping itu , ia harus juga mengetahui kontruksi kontruksi yang tergolong rancu dan mengetahui juga alasannya. Sebab, logis sekali jika ingin mengetahui yang benar orang harus mengetahui pula yang salah.
3. Problema akibat unsur serapan
Adanya unsur bahasa asing yang terserap kedalam bahasa indonesia membuat problema tersendiri. Hal ini terlihat pada kekacauan dan keraguan pemakaian bentuk data-data, datum-datum, data,datum; fakta-fakta, faktum-faktum. Kita tau bahwa kata data dan datum fakta dan faktum berasal dari bahasa latin yang masing-masing pasangan kata itu berarti jamak dan tunggal. Ternyata dari pasangan itu yang terserap didalam bahasa Indonesia hanyalah bentuk jamaknya. Yaitu data, fakta, sedangkan bentuk tunggalnya yaitu datum, faktum, tidak terserap dalam bahasa Indonesia
4. Problema akibat analogi
}  Sebagai istilah bahasa analogi adalah bentukan bahasa dengan menurut contoh yang sudah ada. Gejala analogi ini sangat penting dalam pemakaian bahasa sebab pada dasarnya pemakaian bahasa dalam penyusunan kalimat, frase dan kata beranalogi pada contoh yag telah ada atau yang telah diketahuinya. Misalnya : contoh kata : ketidakadilan, kita dapat membentuk kontruksi ketidakberesan, ketidak baikan, dan seterusnya.
5. Problema akibat kluster
Kluster atau konsonan rangkap mengundang roblema tersendiri dala pembentukan kata bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan bahwa kata bahasa indonesia asli tidak mengenal kluster. Kata yang berkluster ( yang dipakai dalam bahasa indonesia ) itu berasal dari unsur serapan, misalnya proggram, proklamasi, prakarsa. Kata-kata ini apabila dibentuk dengan afiks yang bernasal, misalnya {men-(kan/i)} dan {pen-(an)} akan menimbulkan problema “ apakah konsonan awalnya diluluhkan sebagai konsonan k, p, t, s, dalam kata bahasa indonesia asli?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar