Nama : MONITA SASI PRASTIWI
Nim :
166101
RESUME
PROBLEMA MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA
Ada
tujuh problema dalam morfologis yaitu :
- Problema akibat bentukan baru
- Problema kontaminasi
- Problema akibat adanya unsur serapan
- Problema akibat nalogi
- Problema akibat perlakuan kluster
- Problema akibat proses morfologis bentuk serapan
- Problema akibat perlakuan bentuk majemuk
1. Problema akibat bentuk baru
} Pada akhir-akhir ini
banyak sekali bentukan baru hasil kreasi pemakai bahasa Indonesia. Misalnya bentuk
memberhentikan, memberlakukan, keberhasilan dan lain-lain
} Bentuk memberhentikan dan memberlakukan tergolong bentuk baru
sebab bentuk yang berkontruksi demikian ( yaitu prefiks + prefiks+ bentuk dasar
+ sufiks ) sebelumnya tidak ditemukan.
} Kontruksi ini memang
terdiri dari empat morfem, tetapi pembentukannya tidak secara serentak.
} Kontruksi ini
dibentuk secara bertahap.
1)
Kontruksi ini dibentuk dari gabungan {ber-} dan henti.
2)
Kontruksi berhenti dibentuk dengan menambahkan {men-}
dan {kan-} (sebagai simulfik),
3)
sehingga berkontruksi
memberhentikan
2. Problema akibat kontaminasi
} Kontaminasi adalah
gejala bahasa yang mengacaukan kontruksi kebahasaan. Dua kontruksi yang
mestinya harus berdiri sendiri secara terpisah, dipadukan menjadi satu
kontruksi. Akibatnya kontruksi ini menjadi kacau atau rancu artinya.
Kontaminasi misalnya diperlebarkan, mengenyampingkan.
} Kontruksi diperlebakan
merupakan hasil pencampur adukan kontruksi diperlebar dan dilebarkan
yang masing-masing berarti dibuat lebih besar lagi, dan dibuat jadi lebar. Oleh
sebab itu kontruksi diperlebarkan dianggap kontruksi yang rancu.
Cara pemecahan problema ini sebagai berikut :
Pemakai bahasa Indonesia harus mengetahui kontruksi yang
semestinya untuk arti tertentu. Disamping itu , ia harus juga mengetahui
kontruksi kontruksi yang tergolong rancu dan mengetahui juga alasannya. Sebab,
logis sekali jika ingin mengetahui yang benar orang harus mengetahui pula yang
salah.
3. Problema akibat unsur serapan
Adanya unsur bahasa asing yang terserap kedalam bahasa
indonesia membuat problema tersendiri. Hal ini terlihat pada kekacauan dan
keraguan pemakaian bentuk data-data, datum-datum, data,datum; fakta-fakta,
faktum-faktum. Kita tau bahwa kata data dan datum fakta dan faktum berasal dari
bahasa latin yang masing-masing pasangan kata itu berarti jamak dan tunggal.
Ternyata dari pasangan itu yang terserap didalam bahasa Indonesia hanyalah
bentuk jamaknya. Yaitu data, fakta, sedangkan bentuk tunggalnya yaitu datum,
faktum, tidak terserap dalam bahasa Indonesia
4. Problema akibat analogi
} Sebagai istilah
bahasa analogi adalah bentukan bahasa dengan menurut contoh yang sudah ada.
Gejala analogi ini sangat penting dalam pemakaian bahasa sebab pada dasarnya
pemakaian bahasa dalam penyusunan kalimat, frase dan kata beranalogi pada
contoh yag telah ada atau yang telah diketahuinya. Misalnya : contoh kata :
ketidakadilan, kita dapat membentuk kontruksi ketidakberesan, ketidak baikan,
dan seterusnya.
5. Problema akibat kluster
Kluster atau konsonan rangkap mengundang roblema
tersendiri dala pembentukan kata bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan bahwa
kata bahasa indonesia asli tidak mengenal kluster. Kata yang berkluster ( yang
dipakai dalam bahasa indonesia ) itu berasal dari unsur serapan, misalnya
proggram, proklamasi, prakarsa. Kata-kata ini apabila dibentuk dengan afiks
yang bernasal, misalnya {men-(kan/i)} dan {pen-(an)} akan menimbulkan problema
“ apakah konsonan awalnya diluluhkan sebagai konsonan k, p, t, s, dalam kata
bahasa indonesia asli?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar